Maukuf Al-Masykuri': Ketua Umum Periode 2002-2004

Para pemimpin tidak menghindari, menekan, atau menyangkal konflik, tetapi justru melihatnya sebagai sebuah peluang.

Satriawan : Ketua Umum 2004-2006

Kepemimpinan adalah mengomunikasikan kepada orang lain nilai dan potensi mereka secara amat jelas sehingga mereka bisa melihat hal itu dalam diri mereka.

Syamsudin : Ketua Umum 2006-2008

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengubah visi menjadi realitas.

Armansyah : Ketua Umum 2008-2009

Kepemimpinan tanpa disiplin pelaksanaan tidak lengkap dan tidak efektif. Tanpa kemampuan untuk melaksanakan, semua atribut kepemimpinan yang lain menjadi hampa.

Sapriadi : Ketua Umum 2009-2010

Berikan pada dunia yang terbaik yang anda miliki dan anda mungkin akan terluka, Bagaimanapun juga, berikan yang terbaik.

Uki Kifli : Ketua Umum 2010-2012

Sejarah orang besar tidak pernah ditulis secara kebetulan, sejarah itu ditulis dengan pilihan yaitu pilihan mereka sendiri.

Ahmad Syukron Azizi : Ketua Umum 2012-2013

Siapapun yang ingin memimpin orang lain pertama-tama harus menguasai dirinya sendiri.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Dakwah Rasulullah SAW di Musim Haji

Dakwah Rasulullah pada musim haji tahun kesebelas nubuwah membawa titik terang arah dakwah selanjutnya. Dari enam orang inilah kemudian Islam menyebar di Madinah dan menjadi kota yang siap menerima kepemimpinan Islam.

Pada musim haji tahun kesebelas dari nubuwah, tepatnya pada bulan Juli tahun 620 M, dakwah Islam memperoleh benih-benih yang baik, dan secepat itu pula tumbuh menjadi pohon yang  rindang. Di bawah lindungannya, orang-orang Muslim bisa melepaskan diri dari lembaran-lembaran kezhaliman dan kesewenang-wenangan yang telah berjalan beberapa tahun.

Ada satu langkah bijaksana yang dilakukan Rasulullah saw dalam menghadapi tindakan penduduk Makkah yang selalu mendustakan dan menghalang-halangi orang yang mengikuti jalan Allah, yaitu beliau menemui berbagai kabilah pada malam hari, sehingga tak seorang pun dari orang-orang musyrik Makkah yang bisa menghalang-halanginya.

Suatu malam dengan ditemani Abu Bakar dan Ali, beliau keluar dan melewati perkampungan Dzuhl dan Syaiban bin Tsa’labah. Beliau menyampaikan Islam kepada mereka. Abu Bakar dan seseorang dari Dzuhl mengadakan perdebatan yang cukup seru. Adapun Bani Syaiban memberikan jawaban yang tuntas, namun mereka masih menunda untuk menerima Islam.

Kemudian Rasulullah saw melewati Aqabah di Mina. Di sana beliau mendengar beberapa orang yang sedang berbincang. Maka beliau mendekati mereka. Ternyata mereka adalah enam orang pemuda Yastrib (setelah Rasulullah hijrah diubah menjadi Madinah), yang semuanya berasal dari Khazraj, yaitu:

1.    As’ad bin Zurarah, dari Bani An-Najjar
2.    Auf bin Al-Harits bin Rifa’ah bin Afra, dari Bani An-Najjar
3.    Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan, dari Bani Zuraiq
4.    Quthbah bin Amir bin Hadidah, dari Bani Salamah
5.    Uqbah bin Amir bin Nabi, dari Bani Ubaid bin Ka’b
6.    Jabir bin Abdullah bin Ri’ab, dari Bani Ubaid bin Ghanm

Untungnya mereka pernah mendengar dari sekutu-sekutu mereka dari kalangan Yahudi Madinah, bahwa ada seorang nabi yang diutus pada masa ini, yang akan muncul dan mereka akan mengikutinya, sehingga mereka bisa memerangi Khazraj seperti peperangan yang menghancur leburkan kaum Ad dan Iram.

“Siapakah kalian ini?” tanya beliau setelah saling bertemu muka dengan mereka.
“Kami orang-orang dari Khazraj,” jawab mereka.
“Sekutu orang-orang Yahudi?” tanya beliau.
“Benar,” jawab mereka.
“Maukah kalian duduk-duduk agar bisa berbincang-bincang dengan kalian?”
“Baiklah.”

Mereka pun duduk-duduk bersama beliau, lalu beliau menjelaskan hakikat Islam dan dakwahnya, mengajak mereka kepada Allah dan membacakan Al Qur’an. Mereka berkata, “Demi Allah, kalian tahu sendiri bahwa memang dia benar-benar seorang nabi seperti apa yang dikatakan orang-orang Yahudi. Janganlah mereka mendahului kalian. Oleh karena itu segeralah memenuhi seruannya dan masuklah Islam!”

Mereka ini termasuk pemuda-pemuda Yastrib yang cerdas. Setiap saat peperangan antarpenduduk siap meluluhlantakkan, yang saat itu pun baranya masih tetap menyala. Maka mereka berharap dakwah beliau ini bisa menjadi sebab untuk meredakan peperangan. Mereka berkata, “Kami tidak akan membiarkan kaum kami dan kaum lain terus bermusuhan dan berbuat jahat. Semoga Allah menyatukan mereka dengan engkau. Kami akan menawarkan agama yang telah kami peluk ini. Jika Allah menyatukan mereka, maka tidak ada orang yang lebih mulia selain daripada diri engkau.”

Sekembalinya ke Madinah, mereka membawa risalah Islam dan menyebarkannya di sana. Sehingga tidak ada satu rumah pun di Madinah melainkan sudah menyebut nama Rasulullah saw.
Enam orang ini pada musim haji berikutnya, tahun keduabelas nubuwah, kembali ke Makkah dengan membawa enam tokoh Madinah lainnya. Total mereka sekarang berjumlah 12 orang. Kemudian terjadilah Baiat Aqabah Pertama. Saat mereka hendak kembali ke Madinah, Rasulullah menyertakan bersama 12 orang itu salah satu sahabat terbaik, Mush’ab bin Umair.

Demikianlah Rasulullah Saw berhasil menggunakan momentum haji untuk mendakwah Islam kepada kabilah-kabilah Arab. Haji bukanlah sekedar ibadah ritual, tetapi haji dapat berdimensi dakwah, politik dan ekonomi. Saat ini ketiga dimensi itu seolah sirna dalam pelaksanaan ibadah haji sehingga seolah ibadah haji hanya menjadi ritual tahunan.

Kedepan semoga momentum haji dapat menjadi sarana untuk menyatukan umat Islam, baik secara politik maupun ekonomi. Wallahu a’lam. (shodiq ramadhan)

Kamis, 11 Oktober 2012

BEGINILAH DAKWAH YANG SESUNGGUHNYA, YANG TIDAK SIAP MUNDUR...

Terlalu lemah rasanya jika kita untuk mengurus lembaga dakwah kita ini sudah merasa tidak punya waktu. Sudah merasa sibuk dan banyak amanah. Padahal, dakwah kampus hanya merupakan bagian kecil dari dakwah semesta yang luas dan mencakup banyak hal.Dalam menjalani aktivitas dakwah ini, kita harus yakin bahwa beginilah dahulu yang dilalui oleh Rasulullah dan para generasi awal pembawa risalah islam, hingga sampai dengan indah dan murni kepada kita di zaman sekarang.
Karakter jalan ini memanglah sulit. Tak semua orang mau memikulnya. Tak semua orang rela untuk ambil bagian dalam memperjuangkannya. Bersyukurlah kita jika diberi kesempatan untuk berkontribusi di jalan sulit namun penuh berkah ini. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa, berjalan di jalan dakwah kepada Allah adalah nikmat terindah bagi kita. Dan kita harus berusaha maksimal agar semakin banyak umat yang turut merasakan indah dan nikmatnya bergerak bersama dakwah. Begitu lezat rasanya berhimpun bersama jamaah dakwah. Walau, sekali lagi kami katakana bahwa jalan dakwah itu memang SULIT, dan sudah sunatullahnya seperti itu.
Karakteristik lainnya adalah lambat. Jalan dakwah ini memang lambat, namun dibalik itu ada ketangguhan dalam prosesnya. Dalam setiap fasenya akan terlahir sosok-sosok yang terbina dengan baik. Berikutnya yaitu sedikit pendukungnya. Dan bersyukurlah kita menjadi bagian yang sedikit itu.

Pelencengan terhadap jalan dakwah yang sedang kita tempuh ini.
1. Apakah kita ikut dalam gerakan dakwah ini hanya sekedar ikut-ikutan atau dengan keinginan-keinginan pribadi? Ataukah kita bergabung dengan keyakinan yang teguh?

Mungkin hal ini juga kadang timbul dari kader-kader yang baru bergabung, atau bahkan kita sendiri. Nah dengan ini kita perlu meluruskan niat dan orientasi kita agar tidak melenceng jauh dari garisan awal bergabungnya kita dalam dakwah ini. Apakah kita liilla bi kalimatillah atau liila bi kalimatil yang lain…?


2. Sekarang ini tantangan itu datang dari sudut internal, selain dari eksternal yang tidak henti-hentinya berkonspirasi untuk memojokkan islam. Ternyata banyak saat ini pelemahan-pelemahan itu datang dari umat islam sendiri. Dan itu tentulah agak berat untuk kita jawab.
Kemauan kita?

Apakah kita memahami tujuan hidup kita?
Sebuah survey membuktikan, orang yang menuliskan tujuan hidupnya, keberhasilannya lebih tinggi dari orang yang tidak menuliskan keinginan/ tujuan hidupnya. Disaat kita punya tujuan yang jelas, maka kita tentu punya semangat untuk meraihnya. Tentu kita akan rumuskan upaya-upaya untuk mencapainya. Itulah yang membuat kita punyakemauan yang kuat. Hal berikutnya yang harus dilakukan setelah menuliskan tujuan hidup kita adalah take action.

3. Sensitivitas di jalan dakwah
Disaat evaluasi, jika terbentur dan tak sesuai dengan harapan, maka kita harus sensitive dan merencanakan solusinya.

4. Ada yang merasa senior dan paling benar
Hal-hal seperti itu tidak pernah ada diajarkan Nabi SAW. Kaidah dalam dakwah kita adalah:
Kearifan yang tua-tua/ senior disokong dengan semangat yang muda-muda dengan bahu membahu.
Saling melengkapi walau datang dari berbagai macam latar belakang.

Sarana penambahan tsaqofah saat ini sudah banyak. Yang kurang adalah kemauan kita untuk melaksanakan apa yang telah kita pahami. Niat yang ikhlas dan kesungguhan. Jangan sampai kita sudah berbuat banyak dan merasa sudah banyak berkontribusi, tapi ternyata di mata Allah kita belum ada apa-apanya.
Luruskan niat, insya Allah kita bisa mewujudkan kampus madani untuk Indonesia gemilang dan kejayaan Islam menjadi Ustadziatul ‘Alam.

Selasa, 09 Oktober 2012

BERHENTILAH MENGELUH

Pantaskah anda mengeluh? Padahal anda telah dikaruniai sepasang lengan yang kuat untuk mengubah dunia. Layakkah anda berkeluh kesah? Padahal anda telah dianugerahi kecerdasan yang memungkinkan anda untuk membenahi segala sesuatunya.
Apakah anda bermaksud untuk menyia-nyiakan semuanya itu? lantas menyingkirkan beban dan tanggung jawab anda? Janganlah kekuatan yang ada pada diri anda, terjungkal karena anda berkeluh kesah. Ayo tegarkan hati anda. Tegakkan bahu. Jangan biarkan semangat hilang hanya karena anda tidak tahu jawaban dari masalah anda tersebut.
Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kamu. Ambillah sebuah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua alam raya yang ada dalam benak anda. Lalu temukan lagi secercah cahaya dibalik awan mendung. Dan mulailah ambil langkah baru.
Sesungguhnya, ada orang yang lebih berhak mengeluh dibanding anda. Sayangnya suara mereka parau tak terdengar, karena mereka tak sempat lagi untuk mengeluh. Beban kehidupan yang berat lebih suka mereka jalani daripada mereka sesali. Jika demikian masihkan anda lebih suka mengeluh daripada menjalani tantangan hidup ini?

COBALAH UNTUK MERENUNG

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan anda tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka anda akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran anda yang bening. Selama berhari-hari anda disibukkan oleh berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran anda memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Anda perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.
Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat anda mengaduk semakin kencang pusaran. Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini anda mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.

BERSYUKURLAH

Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar.
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh.
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang.
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga.
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan.
Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut.
Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.

NILAI KEHIDUPAN

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik. Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti. “Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon. Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.” Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.” Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.” Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”. Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”. Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega. Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Senin, 08 Oktober 2012

GURU ADALAH HARAPAN BANGSA, BUKAN MENTERI BUKAN PULA PRESIDEN

Tugas berat yang di emban oleh seorang guru sangatlah mulia. Guru adalah pahlawan tanpa jasa. Mengabdi terhadap nusa dan bangsa untuk mencerdaskan generasi muda. Berjuang setiap hari untuk memberikan motifasi dan inspirasi kepada peserta didiknya agar menjadi manusia yang optimis untuk menata masa depannya. Mulia..itulah kata yang bisa disematkan kepadanya. Walaupun gaji pas-pasan tapi semangat juang untuk membangun generasi muda sangatlah tinggi. Apalah artinya tahta yang tinggi, hayan sebagai beban pundak negeri ini. Mobil mewah, gaji selangit, toh akhirnya korupsi. Apalah artinya semua itu.  Guru adalah harapan Bangsa. Bukan Menteri, bukan pula Presiden. Dipundak seorang guru teremban tugas yang sangat dan amat berat yakni mempersiapkan tunas Bangsa untuk menjadi Menteri dan Presiden. Alangkah bahagianya seorang guru melihat peserta didiknya menjadi manusia yang paripurna (Insane Kamil). Kesalahan terbesar ketika banyak yang mengira bahwa menjadi guru adalah muda. Mudah ketika sebatas mengajar, menyampaikan materi di kelas, tanpa memperhatiakn apa yang telah didapatkan oleh peserta didiknya. Guru sejati adalah guru yang mampu memberikan dan menumbuhkan inspirasi agar peserta didiknya dapat berkembang potensinya secara optimal. Didunia ini semua guru bisa mengajar, tapi sedikit sekali guru yang mampu memberikan motivasi dan inspirasi kepada peserta didiknya. Kebanyakan guru melemahkan potensi peserta didiknya  dan sering melupakan bahwa tugasnya adalah sebagai orang tua kedua bagi muridnya. Bayangkan batapa banyak peserta didik yang mengharapkan sentuhan kasih sayang. Kepada siapa lagi mereka mengharap. Kasus broken home, permasalahan ekonomi, lingkungan yang tidak kondusif menjadi tantang terbesar bagi seorang guru. Dalam kondisi seperti itu, Guru dituntut mampu mengarahkan dan meningkatkan potensi peserta didiknya. Jika potensi peserta didiknya tidak mampu diarahkan dan dikembangkan dengan baik maka potensi tersebut akan menjadi potensi negative yang pada akhirnya bukan melahirkan generasi yang mampu membangun Bangsa melainkan meruntuhkan Bangsa. Jangan heran, jika di Negeri ini banyak sekali pelanggaran yang terjadi, mulai dari pejabat kelas teri sanpai pejabat berdasi. Jadi pantaslah bahwa di tangan Gurulah harapan negeri ini. Gurulah yang menjadi kunci maju atau tidaknya negeri ini.
Himne Guru (L/S = Sartono)
                        Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak Guru
                        Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
                        Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
                        S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmu
                        Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
                        Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
                        Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
By :___96__